Sabtu, 09 Januari 2016

Bola Logam dan Bola Lampu

Saat bola logam yang jatuh terhempas terdengar nyaring dan nampak mengkilap
Menggelinding mencari tempat untuk pemberhentiannya yang tepat

Ada satu sisi di sudut redup cahaya yang terlewatkan 
Menanti dan tak berani menghidupkan cahaya terang

Akankah sisi itu tetap menantinya dalam gelap ?

Tidak !
Ia masih punya berjuta bola lampu yang siap tergantikan
Dengan butiran-butiran kasih yang terang
Selalu ada  menerangi gelapnya
Dan berada di atas bola logam yang nampak rendah di pelupuk mata

Rabu, 21 Oktober 2015

Senja Sore itu
Aku duduk diantara kayu-kayu lapuk senja itu
Sejenak menutup mata sembari menghela nafas dan tertunduk pilu
Diam, sunyi , sepi sanubari
Detik itu, ragaku bergetar  melangkah menapaki dimensi ruang dan waktu yang semu
Detik itu, ombak yang benderang bersatu memberontak menumbuhkan semangat jiwaku
Pasir-pasir berbisik menyentak membangkitkan gairah jiwaku
Mendongak tegak dengan tatapan tajam, aku menoleh kebelakang
Saat cercaan basi tak ternilai bersarang di telinga besiku
Aku beranjak berdiri mengepal teguh keyakinan mimpi
Aku berlari menyusuri tebing terjal berbatu
Kuselipkan sebilah tekat dan asa melawan pasukan gentar dalam diri
Di pelupuk mata terniang secerca kemenangan suci
Dari benang merah revolusi rantai sengsara hidup ini
Bangkit merajut asa pasti
Kala itu mataku terbuka, senyumku lepas
Bebas bersarang di langit senja sore itu.



By : Aisyah Diah Safitri

Malam Minggu di Taman Bungkul Surabaya

Malam Minggu di Taman Bungkul Surabaya
Sabtu, 17 Oktober 2015. Aku ditugaskan untuk mencari berita dalam rangkaian agenda FANATIK TOUR 2015, kali ini aku ditugaskan untuk mencari berita di Taman Bungkul Surabaya. Taman Bungkul Surabaya adalah salah satu sarana umum yang disuguhkan oleh pemerintah daerah surabaya kepada warga Surabaya maupun sekitarnya.Di taman Bungkul Surabaya banyak sarana seperti Taman Bunga , Taman bermain anak-anak , Lapangan , Sarana bermain skateboard, dan tepat dibelakang Taman terdapat makam Mbah Bungkul.Taman Bungkul Surabaya dinobatkan sebagai taman terbaik se-Asia Tenggara dalam masa pemerintahan wali kota Surabaya yakni Ibu Rizma.
Selain keindahan dan kenyamanan yang terdapat di Taman Bungkul Surabaya ternyata banyak terdapat topik berita di dalamnya. aku mencoba mengidentifikasi akar-akar permasalahan dari topik berita tersebut, yakni :
1. Kontrasnya antara pengunjung yang mengisi waktu luangnya di Taman bungkul dengan para peziarah yang berkunjung di Makam Mbah Bungkul
2. Berbagai Komunitas yang memanfatkan Taman Bungkul sebagai sarana Latihan dan pengembangan
3. Sentra PKL (Pedagang Kaki Lima) di Taman Bungkul Surabaya
4. Perlakuan jam malam bagi pengunjung yang masih di bawah umur
5. Rambu-rambu larangan berpacaran di Taman Bungkul surabaya.
Itulah berbagai topik yang bisa dikembangkan sebagai berita. Kami para calon anggota UKM FANATIK ditugaskan mencari salah satu berita dari ke-5 topik tersebut, aku beserta Fitri memilih Komunitas sebagai topik berita yang akan kami kembangkan.
Tidak membuang waktu ,aku dan Fitri langsung terjun ke lapangan. Banyak komunitas yang ada diantaranya yaitu Komunitas Pecinta Rakun, Komunitas Pecinta Reptil, Komunitas Dance , Komunitas SkateBoard dan lain sebagainya.Akhirnya kami memutuskan untuk memilih komunitas Dance, disana kami berkesempatan untuk mewawancarai salah satu Anggota dari Komunitas Dance tersebut. Komunitas yang resmi dibentuk pada tahun 2013 dengan sebutan Bungkul Dragon Pro ini banyak memancing minat pengunjung untuk melihatnya. Komunitas yang beranggotakan kurang lebih 20 anggota dari berbagai daerah tidak hanya diminati oleh kalangan remaja dan dewasa saja, buktinya terdapat salah satu anggota junior berumur 5 tahun yang kini ikut latihan secara rutin pada hari senin,rabu,sabtu dan minggu.
Komunitas ini sangatlah bermanfaat apalagi bagi para pemuda yang mempunyai bakat dan minat lebih terhadap dance.tetapi di balik itu terdapat sisi negatif yakni tidak terkontrolnya anak-anak yang masih dibawah umur yang memungkinkan mengikuti gerakan-gerakan dance yang bisa membahayakan tanpa pengawasan orang tua dan ahli dibidangnya.

 Komunitas Dance Dragon Pro ini mulai berkembang dan merintis prestasi , dari pengalamannya komunitas ini telah banyak tampil dan di undang di berbagai acara. “Saya beraharap pemerintah dapat mendukung kami sepenuhnya agar komunitas ini dapat berkembang dan berlanjut hingga nanti”, Ucap Romi salah satu anggota Komunitas Dance Dragon Pro.

Kunjungan di Tunjungan Plaza

Kunjungan di Tunjungan Plaza
Sabtu,17 Oktober 2015.Sore itu aku ditemani Fitri, rekanku sesama calon anggota UKM FANATIK untuk mencari berita di Tunjungan Plaza atau sering kita sebut dengan TP.Tunjungan Plaza adalah salah satu pusat perbelanjaan terbesar di kota Surabaya.
awalnya aku merasa bingung dan sulit untuk mencari topik yang pas untuk aku kembangkan menjadi berita, tetapi saat aku mencoba menganalisa dengan seksama di tiap-tiap bagian ruangan di Tunjungan Plaza, aku banyak dibingungkan dengan kata-kata asing dalam konteks yang lebih spesifik yaitu merk/branded produk asing .Mungkin ini yang menjadi salah satu masalah yang membuat aku tertarik untuk menggali lebih dalam masalah tersebut, memang ada beberapa merk lokal seperti dannis, DAMN Indonesia dan lain sebagainya, tetapi merk-merk barang asing lebih mendominasi pusat perbelanjaan ini.
Tidak hanya itu, barang-barang yang diperjualbelikan di Tunjungan Plaza tidak terjangkau oleh masyarakat kalangan menengah dan bawah, memang terdapat banyak diskon yang ditawarkan tetapi tetap saja harga barang yang diperjual-belikan tidak bisa dijangkau oleh masyarakat kalangan menengah dan bawah.Oleh sebab itu, aku jarang menjumpai masyarakat menengah dan bawah , justru masyarakat berkulit putih dan mata sipit sering aku jumpai di Tunjungan Plaza.
Kesimpulan yang dapat aku ambil dari pengalamanku berkunjung di Tunjungan Plaza yaitu pusat perbelanjaan yang ada di Surabaya banyak didominasi oleh oleh produk-produk luar negeri dan sangat jarang aku temui produk dalam negeri, hal ini membuktikan bahwa masyarakat Indonesia tidak begitu berminat dengan produk hasil dari negeri sendiri.semestinya pemerintah lebih giat lagi mempromosikan produk dalam negeri agar mengangkat nama dari produk dalam negeri itu sendiri, sehingga masyarakat indonesia tidak selalu bergantung pada produk impor.


By : Aisyah Diah Safitri

     

Keramaian di Sudut Rel Jagir

Keramaian di Sudut Rel Jagir
Minggu, 18 Agustus 2015. Pagi itu tepatnya pukul 02.00 WIB , aku memberanikan diri berjalan diantara besi-besi rel kereta api Jagir. Entah kenapa mataku teralihkan oleh pemandangan yang sangat asing bagiku . Diantara rel-rel nampak beberapa wanita dengan pakaian yang minimalis , pakaian sexy mempertunjukkan lekuk tubuh wanita itu sendiri. Berjalan lenggak-lenggok seakan memberi isyarat kepada lelaki hidung belang yang berada disekitar rel kereta api.Waktu berjalan , dingin pagi seakan tak berarti , para wanita penghibur nafsu lelaki semakin menjadi tak kenal lelah menawarkan haraga diri.
Ini pemandangan yang sangat asing bagiku tak semestinya harga diri diperjualbelikan seperti itu, sempat aku dengarkan salah satu wanita pekerja seks komersial bernegosiasi masalah harga dengan pelanggannya. Dan aku sekali lagi dikejutkan saat PSK itu menjawab harga sekali memakai jasa penghibur nafsu lelaki berkisar Rp 80.000 , bahkan ada yang menawar hingga Rp 30.000. Sungguh miris hal itu dimana harga diri yang seharusnya tak ternilai harganya kini ditawar hanya Rp 30.000 .
Disisi lain aku melihat ada PSK yang memungut botol bekas disekitar rel kereta api, entah memang kondisi ekonomi yang memaksa mereka untuk melakukan hal haram tersebut atau bahkan itu memang gaya hidup mereka .Berjuta pertanyaan yang mengelilingi kepalaku , kenapa mereka melakukan hal itu ?, Apakah tidak ada pekerjaan lain selain menjual tubuh ?, Apa masih kurang lapangan pekerjaan di Indonesia?, Apa mereka tidak takut akan dosa ?, Bagaimana peran pemerintah atas hal ini ?. Banyak pertanyaan yang bernaung di kepalaku tapi tak sempat ada jawaban yang mampu menjawabnya.

Jika sudah seperti ini siapa yang patut disalahkan, PSK, pemerintah, atau kita ?.