Keramaian di Sudut Rel Jagir
Minggu, 18 Agustus 2015. Pagi itu
tepatnya pukul 02.00 WIB , aku memberanikan diri berjalan diantara besi-besi
rel kereta api Jagir. Entah kenapa mataku teralihkan oleh pemandangan yang
sangat asing bagiku . Diantara rel-rel nampak beberapa wanita dengan pakaian
yang minimalis , pakaian sexy mempertunjukkan lekuk tubuh wanita itu sendiri.
Berjalan lenggak-lenggok seakan memberi isyarat kepada lelaki hidung belang
yang berada disekitar rel kereta api.Waktu berjalan , dingin pagi seakan tak
berarti , para wanita penghibur nafsu lelaki semakin menjadi tak kenal lelah
menawarkan haraga diri.
Ini pemandangan yang sangat asing
bagiku tak semestinya harga diri diperjualbelikan seperti itu, sempat aku
dengarkan salah satu wanita pekerja seks komersial bernegosiasi masalah harga
dengan pelanggannya. Dan aku sekali lagi dikejutkan saat PSK itu menjawab harga
sekali memakai jasa penghibur nafsu lelaki berkisar Rp 80.000 , bahkan ada yang
menawar hingga Rp 30.000. Sungguh miris hal itu dimana harga diri yang
seharusnya tak ternilai harganya kini ditawar hanya Rp 30.000 .
Disisi lain aku melihat ada PSK yang
memungut botol bekas disekitar rel kereta api, entah memang kondisi ekonomi
yang memaksa mereka untuk melakukan hal haram tersebut atau bahkan itu memang
gaya hidup mereka .Berjuta pertanyaan yang mengelilingi kepalaku , kenapa
mereka melakukan hal itu ?, Apakah tidak ada pekerjaan lain selain menjual
tubuh ?, Apa masih kurang lapangan pekerjaan di Indonesia?, Apa mereka tidak
takut akan dosa ?, Bagaimana peran pemerintah atas hal ini ?. Banyak pertanyaan
yang bernaung di kepalaku tapi tak sempat ada jawaban yang mampu menjawabnya.
Jika sudah seperti ini siapa yang
patut disalahkan, PSK, pemerintah, atau kita ?.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar