Rabu, 21 Oktober 2015

Keramaian di Sudut Rel Jagir

Keramaian di Sudut Rel Jagir
Minggu, 18 Agustus 2015. Pagi itu tepatnya pukul 02.00 WIB , aku memberanikan diri berjalan diantara besi-besi rel kereta api Jagir. Entah kenapa mataku teralihkan oleh pemandangan yang sangat asing bagiku . Diantara rel-rel nampak beberapa wanita dengan pakaian yang minimalis , pakaian sexy mempertunjukkan lekuk tubuh wanita itu sendiri. Berjalan lenggak-lenggok seakan memberi isyarat kepada lelaki hidung belang yang berada disekitar rel kereta api.Waktu berjalan , dingin pagi seakan tak berarti , para wanita penghibur nafsu lelaki semakin menjadi tak kenal lelah menawarkan haraga diri.
Ini pemandangan yang sangat asing bagiku tak semestinya harga diri diperjualbelikan seperti itu, sempat aku dengarkan salah satu wanita pekerja seks komersial bernegosiasi masalah harga dengan pelanggannya. Dan aku sekali lagi dikejutkan saat PSK itu menjawab harga sekali memakai jasa penghibur nafsu lelaki berkisar Rp 80.000 , bahkan ada yang menawar hingga Rp 30.000. Sungguh miris hal itu dimana harga diri yang seharusnya tak ternilai harganya kini ditawar hanya Rp 30.000 .
Disisi lain aku melihat ada PSK yang memungut botol bekas disekitar rel kereta api, entah memang kondisi ekonomi yang memaksa mereka untuk melakukan hal haram tersebut atau bahkan itu memang gaya hidup mereka .Berjuta pertanyaan yang mengelilingi kepalaku , kenapa mereka melakukan hal itu ?, Apakah tidak ada pekerjaan lain selain menjual tubuh ?, Apa masih kurang lapangan pekerjaan di Indonesia?, Apa mereka tidak takut akan dosa ?, Bagaimana peran pemerintah atas hal ini ?. Banyak pertanyaan yang bernaung di kepalaku tapi tak sempat ada jawaban yang mampu menjawabnya.

Jika sudah seperti ini siapa yang patut disalahkan, PSK, pemerintah, atau kita ?. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar